Choose It !

EuroTradeMails

Choose It Before Read !

Powered By Blogger

Anda Teman yg ke-....

Minggu, 01 Februari 2009

Dakwah Sang Pemuda


Pemuda dan Dakwah

Pemuda adalah sosok yang sering menjadi bahan pembicaraan, sebab ditinjau dari sisi manapun pemuda memegang peranan yang sangat penting dan menduduki peranan yang sangat strategis. Pemuda adalah sosok yang menggambarkan kekuatan, kegesitan, keberanian dan idealisme. Pemuda juga identik dengan perjuangan, pergerakan, bahkan revolusi. Jika kita mengkaji sejarah perjuangan bangsa manapun, maka pemuda senantiasa memegang peranan yang sangat menentukan.
Demikian halnya dalam perjuangan Islam, pemudalah sebagai ujung tombak dan tulang punggung perjuangan, sehingga Islam tersebar keseluruh pelosok dan mampu memimpin dunia -sebagai negara adidaya- baik di bidang peradaban maupun sain dan teknologi selama hampir 14 abad. Namun, dibalik segala kegesitan dan kekuatannya, pemuda juga adalah sosok yang ‘rentan terhadap godaan’ yang datang dari luar dirinya. Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, seperti egois, selalu ingin tahu dan mencoba, serta darah mudanya yang senantiasa mendahulukan ‘otot’ daripada ‘otak’, pemuda bisa menjadi sangat membahayakan jika tidak diarahkan dengan tepat. Pemuda laksana pedang yang tajam tergantung siapa yang menggunakannya.
Sejak zaman dahulu kala, bahkan jauh sebelum Islam muncul dimuka bumi ini, para nabi dan rosul yang diutus menyampaikan wahyu Allah SWT dan syari’at-Nya kepada manusia, semuanya adalah orang-orang pilihan dari kalangan pemuda yang berusia sekitar 40 tahunan. Dalam hal ini berkata Ibnu Abbas r.a:

“Tidak diutus oleh Allah seorang nabi pun melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (yakni usia 30-40 tahun). Begitu pula tidak ada seorang ‘alimpun yang diberi ilmu melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda saja”.

Di dalam Al-qur’an banyak dikisahkan perjuangan yang menggambarkan sosok pemuda, diantaranya:

1. Nabi Ibrahim as; di dalam Al-qur’an diceritakan bahwa beliau telah melakukan debat dengan kaumnya menentang peribadatan dan patung-patung yang mereka sembah bahkan beliau menghancurkannya sendiri (QS. Al-Anbiya: 51-56, 60)
2. Asbabul Kahfi, yang tergolong sebagai pengikut Nabi Isa as; Mereka ini adalah sekelompok pemuda yang menolak kembali ke agama nenek moyang mereka walaupun dipaksa dengan kekerasan, mereka menolak menyembah selain Allah SWT
(QS. Al-Kahfi: 2-26)
3. Nabi Muhammad saw: tatkala beliau diangkat menjadi rosul berusia 40 tahun. Bahkan jauh sebelum itu pun beliau adalah seorang pemuda yang menjadi pusat perhatian orang-orang Arab ketika itu.
4. Para shahabat generasi pertama, kebanyakan dari kalangan pemuda, bahkan ada yang masih kecil dan belum dewasa, seperti Ali bin Abi Thalib, Az-zubair bin Al-awwam (8 tahun); Thalhah bin Ubaidillah (11 tahun), Al-Arqom bin Abil Arqom (12 tahun); dan Abdullah bin Ma’ud (14 tahun) sedangkan yang lainnya berusia 17 sampai 42 tahun. Usamah bin Zaid saat diangkat oleh Rasulullah saw menjadi penglima perang pasukan kaum muslimin menyerbu wilayah Syam (kerajaan Romawi), baru berusia 18 tahun. Dan bukan hanya mereka saja, akan tetapi ratusan bahkan ribuan lainnya tentara Islam di masa nabi maupun sesudahnya. Melalaui pemuda-pemuda seperti inilah, Islam berhasil menyingkirkan segala macam kekuatan yang menghalangi da’wah Islam, dan sanggup memikul da’wah Islam dengan berbagai pengorbanan baik harta maupun Jiwa (QS. At-Taubah: 88, Ali-Imran: 195)
Demikian pula di dalam hadits, banyak pujian yang ditujukan kepada pemuda (Asy-Syab) seperti salah satu sabda Rosulullah saw yang menjadikan golongan pemuda yang tekun mengabdi kepada Allah sebagai salah satu golongan diantara tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat kelak. Beliau saw memberi pendekatan secara khusus dalam hadits ini dengan kata-kata Asy-Syab, sedangkan pada golongan lainnya beliau saw menggunakan kata-kata Ar-rojul (seseorang) yang berarti mencakup siapapun, baik muda maupun tua.
Melihat sekilas gambaran pemuda di atas, maka yang menjadi pertanyaan kita adalah; apa yang harus dan telah kita lakukan untuk Islam? Apakah kita telah mengikuti langkah-langkah mereka yang menyisihkan waktunya demi kepentingan Islam? Ataukah kita hanya menjadi penonton setia ketika Islam dicabik-cabik oleh orang-orang kafir dan antek-anteknya, atau bahkan kita malah ikut terjerumus ke dalam perangkap yang mereka pasang untuk menghancurkan generasi muda Islam sehingga sadar atau tidak kita menjadi penyebar ide-ide mereka yang justru bertentangan dengan Islam, seperti fahan pluralisme, Permivisme, Nasionalisme, Emansipasi, HAM dsb? Tidakkah kita merasa ‘malu hati’ kepada para terdahulu yang telah mengorbankan segalanya demi kejayaan Islam? Dan tidakkah kita takut akan ancaman Rasulullah saw yang bersabda:

“Barangsiapa pada saat bangun pagi tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah dari golongan mereka” (HR. Al Hakim)

Agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang melalaikan urusan kaum muslimin, maka hal-hal berikut ini hendaklah menjadi fokus perhatian kita;

1. Melakukan pengkajian tentang Islam secara mendalam dan menyeluruh sehingga kita mendapat gambaran tentang sempurnanya Islam sebagai suatu aturan hidup, bukan sekedar agama ibadah ritual saja. Hal itu penting, karena setiap muslim harus senantiasa terikat dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah SWT yang diwahyukan melalui rosul-Nya, Allah Berfirman:

“Dan apa saja yang datang dari rosul maka ambillah (laksanakan) dan apa saja yang dilarang atas kalian maka tinggalkanlah” (Al-Hasyr: 7)

2. Menda’wahkan apa-apa yang telah dikaji ke tengah-tengah masyarakat luas.

3. Senantiasa mengikuti perkembangan berita tentang kaum muslimin, baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta memahami bagaimana pandangan Islam terhadap peristiwa tersebut dan bagaimana solusinya menurut ajaran Islam.

Inilah setidaknya beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh pemuda Islam. Semua hal ini harus diraih ketika kondisi fisik masih baik, kuat dan semangat. Janganlah sia-siakan usia muda yang penuh harapan itu. Sebab jika sampai usia 40 tahun belum memahami banyak hal tentang Islam maka itu menjadi pertanda sulit diharapkan menjadi orang yang baik lagi berilmu. Padahal Allah SWT mengangkat derajat seseorang karena ilmunya. Allah berfirman:

“Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Wallahu a’lam bish showab.

0 komentar :