Choose It !

EuroTradeMails

Choose It Before Read !

Powered By Blogger

Anda Teman yg ke-....

Minggu, 06 Desember 2009

Panen Grafis




Selengkapnya...

Selasa, 20 Oktober 2009

Be cause of you my Sister

Bismillahirrahmanirrahim….
Sembah sujudku menyebut nama-Mu.

Ya Allah…
Di umurku kini
Jadikan aku lilin yang menerangi
Sudut jiwa saudara yang kusayangi
Tulus semata dari nurani
Sebagai jalan menjadi bidadari

Ya Allah…
Jadikanlah sisa umurku
Sebagai pelita hati orang tuaku
Yang dengan peluh mereka mendidikku
Agar aku jadi Aisyah-Mu

Ya Allah…
Biarlah syukurku tercurah
Atas cinta yang Kau curah
Saat aku menjalani ibadah
Hanya Kau tempat bersimpuh

Ya Allah…
Pertemukan aku dengan pangeranku
Yang kau didik dengan ajaran-Mu
Sebagai calon imamku
Yang mengajariku menemukan jalan Rasul-Mu

Alhamdulillah….
Doaku tercurah menanti cinta-Mu
Dengan senyum mengharap kasih-Mu

Dari: Yusuf





Selengkapnya...

Birthday



Bismillahirrahmanirrahim….
Sembah sujudku menyebut nama-Mu.

Ya Allah…
Di umurku kini
Jadikan aku lilin yang menerangi
Sudut jiwa saudara yang kusayangi
Tulus semata dari nurani
Sebagai jalan menjadi bidadari

Ya Allah…
Jadikanlah sisa umurku
Sebagai pelita hati orang tuaku
Yang dengan peluh mereka mendidikku
Agar aku jadi Aisyah-Mu

Ya Allah…
Biarlah syukurku tercurah
Atas cinta yang Kau curah
Saat aku menjalani ibadah
Hanya Kau tempat bersimpuh

Ya Allah…
Pertemukan aku dengan pangeranku
Yang kau didik dengan ajaran-Mu
Sebagai calon imamku
Yang mengajariku menemukan jalan Rasul-Mu

Alhamdulillah….
Doaku tercurah menanti cinta-Mu
Dengan senyum mengharap kasih-Mu

Dari: Yusuf


Selengkapnya...

Jumat, 22 Mei 2009

DESAIN TERBARU 2009









Selengkapnya...

Minggu, 17 Mei 2009

CERPEN

Orange Juice
Namaku Galang, tapi teman-teman biasa memanggilku cukup dengan Gala saja. Aku siswa SMA, kelas XI (Dua). Walaupun namaku itu keren, dan sangat familiar di telinga kita, akan tetapi apabila namaku dibandingkan dengan perawakan wajahku “Uuuh...bedanya jauh gitu deh.” Tepatnya wajahku berbanding terbalik dengan namaku, kayak rumus fisika atau tampangku sih! nggak handsome banget, tetapi mendekati jelek. Akan tetapi aku aku punya bakat seabrek. Teman-temanku biasa menjuluki aku sumber mata air bakat. Aku pernah juara lomba karaoke, melukis, puisi, pidato, debat, sepeda santai dan masih banyak lagi. Tapi dari sekian bakat itu. Yang paling aku suka adalah English dan Puisi.
Jadi, ternyata wajah memang suka menipu dan juga bukan jaminan untuk menilai seseorang, begitu pula dengan berbakat bukan suatu jaminan untuk sukses dalam bercinta. Eits....! Bukannya aku tidak punya pacar.
Bahkan sudah dua bulan ini aku berpacaran dengan seorang gadis yang unik, namanya Orange. Entah mengapa orang tuanya memberinya nama itu. Yang jelas dia dan keluarganya memang suka minum jus orange. Tapi nggak perlukan sampai nama anak jadi korban kebiasaan. Ah...!nggak apalah yang penting dia itu gadis ayu, blasteran Bone-Batak, bagiku dia adalah gadis yang sempurna tapi agak lugu. Wajahnya tidak cantik amat sih. Tapi cantik. Rambutnya panjang sebahu. Dagunya agak oval. Hidungnya mau dibilang mangcung tidak juga. Dibilang pesek tidak juga. Terserah! Pandanganya tajam and tajir. Bibirnya find-find aja. Apalagi di pipinya terdapat lesung yang dalam. Gaya berbusananya sederhana aja. Dia juga masih kelas XI, tetapi di sekolah yang beda denganku. Orangnya ramah pada tiap orang. Apalagi pada orang-orang yang juga suka minum jus. Jiwa orangennya begitu besar. Akan tetapi dia orangnya sangat sensitif dengan perkara perasaan.
Masa-masa pacaranku dengan Orange begitu iiindah. “Bayangkan sudah dua bulan loh...!”Kami saling mencurahkan hati, suka dan duka kami lalui bersama. Tapi meskipun sudah selama itu aku saling kenal, aku belum tahu jelas latar belakang keluarganya. Siapa ayah dan ibunya?Siapa saudara-saudaranya?Tapi yang jelas aku sangat beruntung mengenalnya. So, I’m is of a lucky man in the world.
Kami berkenalan, ketika kami sama-sama mengikuti lomba puisi mewakili sekolah kami masing-masing. Sejak saat itu aku serasa jatuh cinta kepadanya. Dia adalah my first love in first sigh, setelah bertahun-tahun aku tak mengenal yang namanya pacaran. Maklum wajahku pas-pasan. “Puas...puas..puas...!” Dan aku tak akan menyia-nyiakannya. Aku sangat sayang padanya. Saking sayangnya, apapun yang dia minta selama itu tidak melewati batas kewajaran selalu kuusahakan untuk kupenuhi, meski aku harus banting tulang. Untungnya, dia orangnya gak neko-neko soal minta sesuatu sebagai tanda cinta. Biasanya dia hanya minta dibelikan kado ulang tahun, diajak jalan-jalan ke mall, toko buku, dan tempat-tempat yang mudah dijangkau lainnya. Tetapi, terkadang ia minta ditemani jogging di taman. Jogging adalah olah raga favoritnya, bahkan tervaforit. Bahkan sesudah jogging ia biasanya langsung meminum jus orange yang selalu di bawanya. Begitulah dua bulan terakhir ini kami menjalani masa pacaran kami, yang mungkin sewaktu-waktu dapat membuat kami boring. “Capek deh....!”. Masa pacaran kami memang tidak pernah lepas dari bayang-bayang warna orange. Warna kesukaan kekasihku itu. Tapi, bukan berarti aku juga sangat ngefans dengan warna itu. Aku lebih suka warna hitam yang penuh misteri.
Namun, belakangan ini Orange merepotkan aku. Bagaimana tidak ketika kami sedang berjalan-jalan di sebuah mall tiba-tiba dia melihat sebuah sepatu kats berwarna orange.
“Gala, coba lihat sepatu orange itu. Cantik kan...”! sahutnya padaku dengan pandangan penuh harap.
“ Biasa aja deh...! Upsss..., maksudku sangat cantik!”, balasku dengan tiba-tiba. Dan kelihatannya dia agak tak senang.
“Apa tadi Gal...yang kamu bilang!Tega kamu ya..!”, balasnya. Dia kelihatannya agak kecewa padaku kali ini.
“Maaf..maaf..maaf deh say...!Gue janji nanti aku beliin kamu”, rayuku padanya.
“Skarang aja!”katanya agak maksa.
“Tapi say. Aku gak bawa money, nih!”jelasku.
“Ahhh...!”sontak Orange mendesah. Dan sembari memegang dadanya yang kiri.
“Kamu kenapa...?Ada apa...say?tanyaku agak cemas.
“Tidak apa-apa. Mungkin aku cuma kecapean. Makanya, kamu harus janji ya beliin aku sepatu itu. Kamu harus menepati janjimu dalam minggu ini. Karena Minggu depan aku harus pergi ke suatu tempat yang sangat jauh. Makanya awas kalau ingkar, tahu sendiri akibatnya. Kalau perlu kita putus”, balasnya dengan pandangan sangat serius.
Mendengar itu, sontak rohku terasa ingin lepas dari jasadku. Pikiranku berkunang-kunang. Kepalaku terasa menciut. Kemudian mataku mulai memandang keseriusan pada wajah Orange. Maklum ini pertama kali aku berpacaran. Jadi aku sering okkots dan keki. Ingin sekali rasanya aku menarik kata-kataku tapi apa boleh buat nasi udah jadi bubur.”Ya aku nikmatin saja bubur itu,”kataku pelan. Sebenarnya kejadian seperti ini udah sering terjadi. Tapi kali ini agak sangat serius. Lagi pula dia ingin pergi ketempat jauh di mana?Membuat penasaran aja. Mungkinkah karena hal ini ada kaitannya dengan warna orange. Akupun mulai merayunya dengan gaya seadanya.
“Iya...iya...! Aku janji. Seminggu ke depan pasti aku beliin. Don’t worry girls.”
“Cup...cup...cup,”jangan di putusin ya,”rayuku pada Orange.
Rayuanku tampak diterimanya. Wajahnya kembali manis. Kini aku kembali mengajaknya berkeliling mall bersama janjiku pada Orange.

* * *

“Kukkuruyuk...”
“Kukkuruyuik...”
“Kukkuruyuk...”
Seperti biasanya teriakan ayam tetangga membangunkanku dari tidur pulasku setelah melakukan shalat subuh. Begitulah kebiasaanku, sehabis shalat subuh memang aku melanjutkan tidurku. Tapi aku tak pernah telat ke sekolah karena teriakan itu selalu hadir tepat waktu. Teriakan itu seakan-akan sudah menjadi alarm setia dan gratis bagiku. Begitu pula bagi warga yang lain di sini.
“Ibu...! Gala berangkat ya,”pamitku pada ibu setelah mencium tangannya.
“Gala...!Hati-hati di jalan ya, Nak! Jangan terlalu terburu-buru,”balas ibuku dengan nasehatnya karena melihat aku kelihatan sangat tergesa-gesa mengambil sepedaku di pinggir pagar yang selalu kukendarai menuju sekolahku yang jaraknya tidak jauh dari rumahku. Memang aku sangat tergesa-gesa. Bahkan aku mengayuh sepedaku dengan kencang. Tapi bukan ke arah sekolahku, tetapi ke arah mall. Maklum waktu masuk sekolah masih sekitar setengah jam lagi. Jadi aku sempatin ke Mall dulu, tempat kemarin aku mengajak Orange jalan-jalan. Kedatanganku tidak lain untuk memenuhi janjiku kepada Orange, membelikannya sepatu kats berwarna orange.
Sekitar sepuluh menit telah berlalu. Akhirnya kini aku telah tiba di depan mall. Akan tetapi apa yang kulihat di hadapanku sekarang adalah sebuah kekecewaan, sebuah kebodohan dan sebuah pemandangan tragis. Ternyataaa...ternyataaaa, mall itu masih tutup. Aku hanya mampu berdiri kaku. Kemudian menertawai diriku sendiri.
“Uh...! Bodohnya aku, mana ada mall yang buka pagi-pagi begini,”kataku dalam hati sambil memandangi mall yang terlihat turut menertawaiku juga. Dan tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi.
“Brukkkk...”
Seorang anak sekolah bersepeda tiba-tiba menabrak sepeda yang kusandarkan di pohon palem di pinggir jalan. Rasanya aku ingin tertawa, tapi kurungkan setelah melihat bahwa dia adalah seorang gadis. Dan dia kelihatan kesakitan. “Oh”. Ternyata tangannya terkilir. Kemudian aku segera berlari ke arahnya. Aku ingin segera menolongnya. Tapi, entah mengapa sebelum aku tiba di dekatnya. Dia sudah berdiri dengan tegap. Wajah kesakitan itu sontak menghilang dari dirinya. Perlahan dia mulai mengankat sepedanya yang tertindih oleh sepedaku. Kemudian ia menyapu-nyapu seragam sekolahnya yang kelihatan agak kotor dengan tanganya yang halus. Dan dia juga kelihatan menghentak-hentakkan sepatunya yang berwarna orange dan kelihatan berlumuran debu basah. Sesekali dia juga mulai merapikan rambutnya yang agak keriting dan terurai di sekitar dagunya yang oval. Rambutnya memang panjang bahkan sesekali menutupi bahunya. Gadis itu ternyata anak sekolahan juga sepertiku. Melihat penampilannya aku malah teringat dengan sosok Orange. Apalagi dia berasal dari sekolah yang sama dengannya. Mungkinkah dia punya hubungan kerabat dengan kekasihku. Ah..., mana mungkin.
“Hei...kamu! Jangan menaruh sepeda di sembarang tempat,”katanya padaku tiba-tiba dengan pandangan cuek.
“Apa...! Aku menaruh sepeda sembarang tempat.”
“Apa nggak salah, nih! Kamunya saja yang mengayuh sepeda orangemu yang terlalu ngebut,”balasku.
“Memang kamu yang salah. Aku nggak ngebut, kok. Mana mau aku ngebut, bisa-bisa sepatu kats orangeku ini bisa rusak. Seharusnya kamu menaruh sepeda di tengah jalan aja. Biar aku nggak menabraknya,”pembelaannya padaku.
“Maksud loh...! Aaaku yang salah.”
“Okey!Tapi gak pa pa sih. Wanita memang nggak mau disalahkan.”balasku kembali
“Bagus kalau mau ngaku. Dari tadi kek,”balasnya bangga.
“By the way..., kamu dapat dari mana sepatu orange itu?”tanyaku padanya.
“MeNeKeTeHe...! Ibu aku yang beliin, kok!”jawabnya.
“Uhhh! Dassssar!”Kalau boleh tahu...siapa sih...?”
“Hei...hei...hei...! Mo mo...mo... ke mana?”
“Nama kamuuuu.... ?”teriakku padanya dengan tiba-tiba, karena sontak ia sudah mengayuh sepedanya meninggalkanku.
“Juice....!”jawabnya juga dengan berteriak.
“Juuuice, nama yang lucu untuk cewek yang cuek, tapi cantik sih.”
Perlahan akupun kembali mengambil sepedaku dan mengayuhnya ke arah sekolah. Dalam perjalanan aku teringat kembali kebodohanku tadi dan juga teringat kepada kejadian lucu tadi. Aku teringat kepada gadis itu. Apalagi dengan sepatu orange yang dikenakannya. Mungkinkah sepatu itu sepatu yang kemarin. “Ah...semoga aja bukan. Bisa nggak beres nih janji.”
Kini waktu masuk tinggal beberapa menit lagi. Sementara sepedaku rasanya agak bermasalah setelah tabrakan tadi. Jalannya terasa pelan. Tetapi, aku terus mengayuhnya hingga kakiku rasanya agak pegal.
“Trennnng...teng...teng...teng”
“Trennnng...teng...teng...teng,”suara bel masuk.
Tiba-tiba suara bel masuk telah terdengar. Padahal jarakku dari sekolah masih agak jauhan. Sekitar dua ratus meter. Akupun mulai mengayuh sepedaku lagi dengan cepat. Namun lajunya tak mau ngebut. Akhirnya akupun tiba di depan pagar sekolah yang kelihatannya sudah tertutup dengan rapat. Petugas pintu juga sudah kelihatan duduk di posnya kembali. Akupun jadi panik, karena baru kali ini aku telat begini. Padahal sebentar aku ada ulangan Bahasa Inggris.
“Oh my God!This is a bad day,”kataku pelan.
Tapi, aku nggak putus asa. Aku coba-coba memanggil petugas pintu, namanya pak Marijan. Kata teman-temanku dia galak. Wajahya aja dihiasi kumis melengkung. Tapi, siapa tahu dengan memohon padanya dia mau bukakan pintu untukku.
“Pak...Pak...!Tolong bukain pintu dong”gumamku padanya dengan nada memohon.
“Aaapa!Kamu berani perintah aku ya.”
“Hei ke sini kamu. Jangan macam-macam ya,”bentaknya padaku dengan suara serak. Maklum tubuhnya agak gempal.
“Tapi...Pak,”balasku.
“Eits....tunggu dulu!”gumamnya padaku sembari memandang serius ke arah wajahku. Sesekali dia goyangkan kumisnya yang kelihatan sangat menakutkan.
“Kamu Gala kan?Siswa yang berprestasi itukan?”sahutnya kembali padaku. Tetapi kini dengan suara yang ringan. Bahkan kumisnya yang miring kelihatan menjadi lurus.
“Silahkan masuk, nak Gala!”perintahnya tiba-tiba.
“Terimah kasih kalau begitu, Pak!”balasku.
Sungguh beruntung aku. Memang enak kalau berprestasi. Semua orang pasti kenal. Bahkan petugas pintu yang kata temanku galak, ternyata mengenalku dengan baik. Ini adalah pengalaman yang berkesan hari ini.

* * *

“Trennnnng...teng...teng...teng...”
“Trennnnng...teng...teng...teng...”
“Trennnnng...teng...teng...teng...”
Bel pulang kini telah berbunyi. Semua siswa bergegas meninggalkan kelas masing-masing. Termasuk aku sendiri. Aku sangat tergesa-gesa membenahi alat tulis menulisku. Kemudian tanpa pikir panjang lagi . Aku segera berlari ke arah sepedaku yang terparkir di pinggir pos penjaga. Dengan cepat sepeda itu kukayuh kearah Mall itu lagi. Kembali aku harus menunaikan janjiku.
Sekitar beberapa menit saja aku sudah tiba di sana. Kemudian aku langsung berlari ke arah counter yang menjual sepatu itu. Dan kini aku sudah berdiri tepat dihadapan counter itu. Namun apa yang kulihat. Kembali suatu kekecewaan. Sepatu itu sudah tidak ada di tempatnya. Melihat itu aku segera bertanya ke pada penjualnya.
“Mbak...! Ke mana sepatu kats orange yang terpajang di sini beberapa hari yang lalu?”tanyaku pada pemilik counter itu.
“Oh...! Sepatu itu kemarin ada yang beli. Dia seorang ibu-ibu bersama seorang anaknya yang masih gadis,”jawab mbak itu.
“Bagaimana ciri-ciri anaknya itu?”tanyaku kembali.
“Orangnya cantik. Berseragam sekolah. Terus....,pokoknya rambutnya agak keriting,”jawabnya kembali.
“Apa? Keriting...,”kataku tiba-tiba.
“Memangnya kenapa, Mas?”tanyanya padaku.
“Nggak apa-apa sih!Cuma teringat sama seseorang.”
“Mbak! Apa di tempat lain ada yang ngejual sepatu seperti itu?”tanyaku kembali.
“Kayaknya nggak ada, Mas! Sepatu itukan, sepatu impor dari Jepang. Jadi cuma ada di tempat ini,”jelasnya padaku.
“Oh my God!There is no chance...for me, again,”kataku pelan.
Kini sepatu itu benar-benar menyusahkan. Cintaku seharga sepatu. Orange pasti akan meninggalkan aku sangat jauh. Seperti ancamnya tempo hari.
Tapi, mbak tadi bilang gadis yang membelinya itu anak sekolah yang rambutnya keriting. “Tidak salah lagi pasti Juice,”sangkaku.”Aku harus cari dia, ke manapun dia berada. Meski dia berada di langit ke tujuh sekalipun. This is about Love, soal Orange dan warna orange jadi harus berkorban,”lanjutku.
Kembali aku harus meninggalkan mall itu dengan senyum yang kecut. Penuh beban dan langkah kaki yang tak mau bergeser. Jantungku berdebar-debar melamunkan Orange kini meninggalkanku gara-gara sepatu. Aku terus termakan lamunan itu.
“Hei...cowok!”sebuah suara menyapaku tiba-tiba. Dan lamunanku kini menjadi buyar.
“Apa?..Aku...! Aku punya nama. Namaku Gala, bukan cowok,”balasku
“Juice...? Kamukan yang tadi pagi. Ada perlu apa?You need me?”lanjutku.
“What...? Ge’er, lu!”
“Hei Gala! Gara-gara kamu aku terlambat tadi pagi. You must responsible for that,”jawabnya dengan nada kesal. Dan pandangannya tajam kearah mataku. Bisa-bisa aku jatuh cinta nih sama dia kalau di pandang tajam seperti itu.
“Jago English juga. No problem. Eits..., Okey...okey...! Aku mau tanggung jawab. Pokoknya loe mo hukum aku apa aja boleh. But, ada syaratnya.”
“Syaaarat? Pake syarat segalah, lagi!!! Memang syaratnya apa , sih?”
“Kamu harus mau kan, sepatu kats orange yang kamu pake sekarang aku beli. Okey.”
“What...! No...no...no...! Orange is my soul. Tchiiidak bisa.”
“Please...! Please...! Please...honey. It’s very important to me. It’s also about Orange too and ini tentang future”
“Okey...i agree, if that your reason. But, ada syaratnya juga.”
“What is that...?”
“Kamu harus datang ke my Birthday, Thursday afternoon dengan mengendarai sepeda mu itu. Di situ kamu harus memohon ama ibu aku, agar mengizinkan aku memberikan sepatu ini. Dan kamu juga harus memakai pakaian badut. Okey...! Deal...!”
“What...! But, Okey...deal!”
“I think only that. See you next Thursday.”
“See you too! I’ll be back in your Birthday.”
Perlahan Juice semakin jauh meninggalkanku, yang tadinya datang tiba-tiba berdiri di hadapanku. Aku sempat kaget akan kehadirannya. Tapi, belakangan aku merasa tenang. Rasanya bercakap dengannya sangat asik. Seperti bercakap dengan Orange saja. Memang mereka punya banyak kesamaan. Jangan-jangan mereka adalah famili. Entahlah? Pokoknya pertemuan tadi rasanya sangat berkesan di hatiku. “Eits...jangan-jangan I’m fall in love again with orange girl.”
Sore telah menjelang. Perlahan aku mengayuh sepedaku ke arah cahaya matahari. Seperti buah jeruk matahari itu memberiku pula percikan cahaya orangenya. Kini, ragaku, jiwaku, dan kisah cintaku benar-benar berlumuran warna orange. Matahari itu membuatku rindu pada Orange dan kayaknya dengan Juice juga. Sedang dinding-dinding mall juga tampak cerah berwarna orange karena terkena percikan semburat cahaya matahari senja dari barat. Sementara bumi dan seisinya tempatku berpijak hanya mampu diam terpaku menyaksikan dan memandangi matahari yang sore ini tampak sangat mempesona.
* * *
“Kukkuruyuk...”
“Kukkuruyuik...”
“Kukkuruyuk...”
Hari ini hari Sabtu. Kembali teriakan ayam itu memecah pagi yang hening. Dan mengajakku untuk mengakhiri tidur pulasku. Tidurku memang sangat pulas, sebab semalam aku telat tidurnya. Sekitar pukul 12 malam aku masih saja duduk termenung memikirkan Orange. Itu semua terjadi sebab beberapa hari ini tak pernah aku bertemu dengannya. Padahal aku mau menjelaskan mengenai janjiku padanya. Aku kini dilanda kerinduan di tengah kasmaran.
Berusaha kutemui dia dengan datang langsung ke sekolahnya. Tapi kata guru dan teman-temannya sudah beberapa hari ini dia meminta izin tidak masuk. Aku jadi khawatir pada Orange. Aku sebenarnya ingin datang langsung ke rumahnya. Tapi dasarnya aku tak pernah tanya alamat rumahnya. Padahal udah sekitar dua bulan aku berpacaran dengannya. Lalu aku berusaha mencari alamat rumahnya melalui guru dan teman-temannya lagi. Eh..!Hasilnya malah nihil. Semuanya bungkam ketika di tanya mengenai alamat rumah Orange. Mereka seakan-akan menyembunyikan sesuatu. Setelah itu kekhawatiran dan kerinduanku pada Orange makin menjadi-jadi.
Begitupun pagi ini. Aku rasanya malas belajar, naik sepeda, makan, dan melakukan aktivitas lain yang pada hari-hari biasanya sering aku lakukan dengan semangat. Pikiranku hanya tertujuh pada wajah Orange. Tiap derap langkahku rasanya selau di bayang-bayangi oleh sosoknya. Berbagai pertanyaan bergejolak dalam hatiku tentangnya. Tentang apa yang sebenarnya terjadi?
Tapi, aku berusaha cuek aja. Karena kalau begini terus-terusan pelajaranku bisa nggak beres. Aku berusaha untuk banyak melakukan hal-hal yang bisa membuatku lupa akan sosok Orange. Misalnya aku banyak berkumpul dan bercanda bersama dengan teman-teman kelasku baik di kelas maupun di kantin. Pokoknya semua aktivitas yang bisa menyibukkan pikiranku berusaha kulakukan sesering mungkin di sekolah. Sehingga aku bisa untuk sementara lupa akan semua masalahku. Hinnga akhirnya aku teringat sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang hampir saja terlupakan. Yaitu janjiku pada Orange dan janjiku pada Juice. Dua gadis yang mempunyai banyak persamaan.
“Hariiii...ini kan hari Sabtu. The Juice’s birthday.”
“Oh...my God!Hampir saja aku lupa dua hal yang penting ini. Jika aku tidak menepati janjiku pada Juice berarti aku juga telah ingkar janji pada Orange. Sore ini aku harus segera mempersiapkan kostum badut yang telah kupinjam hari kemarin.”gumamku dalam hati.
“Trennnnng...teng...teng...teng...”
“Trennnnng...teng...teng...teng...”
“Trennnnng...teng...teng...teng...”
Bel pulang kembali berdengung cepat di daun telingaku. Seakan-akan mendesakku untuk segera pulang secepat mungkin. Makanya setelah membenahi semua alat tulis menulisku. Aku lansung mengendarai sepedaku yang selalu setia menugguku. Seperti janjiku pada Orange dan Juice yang selalu setia mengingatkanku pada mereka.
Kini, dengan gesit kukayuh sepedaku ke arah rumah. Melintasi taman-taman dan jalan-jalan yang selalu kembali membuatku rindu pada mereka berdua.
“Ngiiiiiiiit...!!!”
Baru sekitar 15 menit kukayuh sepedaku. Akhirnya aku tiba di rumahku. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari ke arah kamar untuk mempersiapkan segalah keperluan untuk ke pesta ulang tahun Juice. Mulai dari kado spesial sampai uang untuk membeli sepatu kats orange itu telah kukemasi. Sedangkan kostum badut itu telah siap kukenakan. Begitu pula dengan sepedaku yang siap meluncur. Aku ingin datang lebih awal di pesta itu.
Tepat pukul empat sore, sehabis ba’da Ashar. Semua telah benar-benar siap. Termasuk kostum badut itu telah menutupi sekujur tubuhku. Lalu, sebelum berangkat aku minta izin kepada ibuku. Akhirnya kini dengan cepat kukayuh sepedaku ke arah rumah Juice yang tidak begitu jauh juga jaraknya dari mall itu. Tapi perjalanan itu rasanya agak berat. Mungkin karena aku memakai kostum badut ini. Hingga dalam perjalanan banyak orang-orang memandangku dengan heran. Dan sebagian lagi menertawaiku dengan terbahak-bahak. Rasanya aku sangat malu. Tapi semua itu bukan masalah bagiku.
“Ngiiiiiit...!!!”
Sekitar 30 menit akhirnya aku sudah tiba di depan rumah Juice. Rumah yang megah yang kental dengan nuansa warna orange. Sepedaku telah kusandarkan pada pagar rumahnya. Perlahan aku berjalan ke arah pintu. Tiba-tiba kulihat sudah banyak orang berkerumun. Apa pestanya di laksanakan lebih awal, ataukah aku yang datang telat. Kini aku mulai bersatu dengan kerumunan orang-orang itu. Tapi tak kulihat sosok wajah Juice dan tak kulihat sedikit pun orang yang berpakaian pesta. Dan kelihatannya tak ada sedikitpun wajah-wajah bahagia pada orang-orang itu. Mereka kemudian hanya berlalu lalang di hadapanku, tanpa peduli sedikitpun pada sosokku. Akupun semakin khawatir dan memendam banyak pertanyaan. Sebenarnya apa yang terjadi?Akukan mau pesta. Akupun serasa seperti badut yang salah alamat. Sehingga akupun melepaskan kostum badut itu. Karena rasanya tak ada gunanya. Aku terlihat bodoh, ideot, dan bego. Sedang mereka kelihatan cemas. Hingga kecemasan itu melanda diriku juga.
Tak lama kemudian. Sontak terdengar suara mobil ambulance dari depan rumah ini. Kekhawatirankupun semakin bertambah.
“What happen, now? I don’t understand. Pake ada suara ambulance segala.”
Sontak terasa tubuhku beku. Mulutku lindap. Mataku memandang tajam. Ketika di hadapanku kulihat dua sosk tubuh yamg terbujur pingsan sedang di bopong kearah ambulance. Sosok itu sangat kukenali. Sosok yang selau hadir dalam rinduku.
“Orange, Juice...Apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa dengan kalian?” teriakku pada kerumunan itu dan sembari tanganku mengikut dan memegang erat pada tandu yang mengankat mereka berdua. Dan tiba-tiba seseorang dari kerumunan itu menarik dan melepaskan peganganku. Kemudian menyapaku. Wajah orang itu pucat. Matanya bengkak dan masih basah. Dia seorang wanita. Dan dia mulai menemaniku. Kami saling bercakap-cakap di tengah kerumunan. Tiap kali dia masih menagis kecil.
“Hey...!Kenapa teriak, dik! Kamu kawannya Orange dan Juice, ya?”
“Iya! Aku Gala. Orang terdekat mereka. Aku datang ke sini untuk menghadiri Juice’s birthday.”
“Oh...!Kamu yang namanya Gala, ya!!! Sejak kemarin, mereka berdua kerap kali menyebut-nyebut nama kamu. Tapi kami tak tahu harus cari ke mana.”
“Benarkah itu?Lalu ada hubungan apa antara mereka berdua, Kak?”
“Mereka adalah saudara kembar. Tapi tidak identik. Hari ini mereka berdua berulang tahun yang ke-16. Sejak kecil mereka mengidap penyakit jantung langkah. Hingga mereka di sarankan oleh dokter agar mereka sering minum jus.Utamanya jus orange, sebagai anti biotik alami dan sumber imunitas. Sejak itulah keluarga kami sangat dekat dengan nuansa warna orange,”jawab wanita yang ku panggil kakak itu. Dan seskali masih menetes air mata dari dagunya.
“Orange, Juice, please forgive me!!! Aku tak tahu kalian saudara. Aku tak bisa menepati janjiku.”kataku pelan. Dan perlahan air mata bahagia dan sedih bergantian mengalir dari mataku.
“ Kalau boleh tahu. Kakak ini siapa?”tanyaku lanjut.
“Aku kakak mereka. Namaku Lemon”jawabnya kembali.
Ternyata wanita itu kakaknya. Namanya unik seperti nama adik-adiknya. Sementara kami masih terus saja bercakap-cakap. Kepada Kak Lemon semua kucurahkan rasa penasaranku. Sementara ambulance itu perlahan menjauh meninggalkan rumah ini. Namun tetap kulanjutkan pertanyaanku padanya.
“Kak..!Mau di bawah ke mana mereka berdua .”
“Mereka akan di bawah langsung ke Singapura.dengan pesawat. Karena mereka sudah kritis. Mereka harus segera mendapatkan perawatan medis secepatnya. Semoga nyawa mereka dapat terselamatkan.”
“Apa....ke Singapura, kak! Jadi mungkin aku takkan bisa bertemu mereka lagi.”
“Tenang, Dik! Tabahkan hatimu. Kakak saja tabah.”
“Tapi, Kak! Gala sayang mereka. Gala rela mati demi mereka. Kak!Aku harus bagaimana?”
“Dik!Gala kejarlah mereka dengan sepedamu. Ambillah jalan pintas melewati taman. Jarak bandara akan dekat dari situ.”
“Ayo...ayo...ayo...Gala, cepatlah. Beberapa menit lagi mereka akn pergi jauh.”
“Okey!Let’s go bike. Orange, Juice, tunggu aku.”
Kini, aku mengendarai sepedaku dengan ngebut menembus jalan di taman. Melintasi kenangan-kenangan manis yang terpampang di tiap sudut-sudut taman, ketika aku bersama kebahagian Orange. Mataku memandang tajam ke depan dan seskali mengeluarkan air mata yang akhirnya terbang bersama angin. Aku serasa memiliki kekuatan yang besar. Kekuatan cinta. Hingga di tengarai mengendarai sepeda. Akupun teringat perkataan Orange, bahwa dia akan pergi jauh. Tapi, aku tak menyangka akan sejauh itu. Bahkan bisa sangat jauh. Andai sejak awal kutahu itu semua. Maka aku akan mengambilkan matahari untuknya. Akan kubuatkan ia kebun jeruk. Agar mereka berdua dapat sembuh dari penyakitnya.
Akhirnya, aku tiba di depan bandara. Tapi, tak kutemukan mereka. Akupun semakin panik. Pandanganku menjadi liar ke segalah arah mencari-cari mereka. Semua bagian bandara telah kujelajahi. Hingga akhirnya kulihat mobil ambulance itu terparkir di dekat pagar pintu masuk bandara.
“Aku yakin mereka ada di situ,”kataku penuh harap. Namun, mobil itu ternyata sudah kosong tak ada seorang pun di situ. Aku semakin lelah. Dan kuparkir sepedaku di samping ambulance. Hingga kemudian aku hanya bisa jatuh tertunduk dan setengah bersujud. Tanganku memegang pagar bandara. Begitu erat. Dan air mataku berlinang membasahi wajahku dan bandara yang kini telah berlumur warna orange. Kemudian aku teriak memanggil nama mereka ke arah matahari yang tampak berwarna orange.
“Orangeeeeeeee.............!!!???”
“Juiceeeeeeeeee.............!!!???”
“Where are you...girls, don’t leave me alone.”
“Sryuuuk..wsruuk...e’he’...ugh..ugh...,” suara tangisku. Setelah berteriak dan terus menangis. Kini rasanya aku benar-benar akan kehilangan mereka untuk selamanya.
Namun tiba-tiba terdengar suara pesawat terbang yang telah tinngal landas. Aku yakin itu pesawat mereka. Aku kemudian bangkit dan segera berdiri tegak. Tapi apalah daya. Aku hanya mampu memandangi dan meratapi pesawat itu dari celah-celah pagar itu. Sementara pesawat itu terbang semakin jauh ke arah matahari yang tampak seperti sebuah jeruk. Berwarna orange cerah. Dan menembus awan yang juga terkena buncahan semburat warna orange. Hingga akhirnya pesawat itu tampak menyatu dengan matahari dan tampak membentuk sesungging senyuman perpisahan. Mereka telah pergi jauh dan sangat jauh. Akupun kembali menangis.
“Bruukkkk...!!!???”
Sontak sebuah suara terdengar dari belakangku. Dari arah mobil ambulance. Tangisku pun berhenti seketika. Akupun segera membalikkan badan. Kemudian tersungging senyuman pada wajahku. Dan beberapa buah jeruk dan sepasang sepatu kats orange menimpa sepedaku
“Orange...?”
“Juice...?”
“Kaukah itu...??????????????
* * * Selengkapnya...

Jumat, 08 Mei 2009

Biografi Sang Masterpiece


Leonardo da Vinci
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
Leonardo da Vinci (lahir di Vinci, propinsi Firenze, Italia, 15 April 1452 – wafat di Clos Lucé, Perancis, 2 Mei 1519 pada umur 67 tahun) adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Ia digambarkan sebagai arketipe "manusia renaisans" dan sebagai jenius universal. Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Jamuan Terakhir dan Mona Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain banyak ciptaan yang mengantisipasi teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa hidupnya, sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya lewat gambar-gambar dwiwarna.Selain itu, ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan juga kuliner.
Latar Belakang
Leonardo lahir pada tahun 1452 di kota Vinci, propinsi Firenze, Italia anak dari Ser Piero Da Vinci dan Caterina, jadi nama lengkapnya yaitu Leonardo di Ser Piero da Vinci yang berarti Leonardo putra Ser Piero asal kota Vinci.
Pada tahun 1476 tertuduh dengan kasus homoseksual dengan seorang model laki-laki berusia belasan tahun yang bernama Jacopo Saltarelli. Sehingga beberapa tahun itu Leonardo selalu berada di bawah pengawasan yang berwenang [1].
Pada usia belia, beliau sudah belajar melukis dengan Andrea del Verrocchio dan mulai melukis di Firenze.Ada kabar mengisahkan Verrochio menyatakan pensiun melukis setelah menyaksikan bahwa lukisan muridnya yang satu ini lebih bagus dari lukisannya sendiri. Selain menjadi pelukis Leonardo juga sanggup menunjukkan kemampuannya di bidang yang lain. Pada tahun 1481 Leonardo pindah ke Milan untuk bekerja dengan Adipati(Duke) di sana.Hasil karyanya selama di Milan yang paling termashur adalah Kuda Sforza yang dikerjakannya selama kurang lebih 11 tahun. Namun di situ ia tidak hanya melukis dan membuat patung saja, melainkan juga mengubah jalan-jalan sungai dan membangun kanal-kanal, serta menghibur Duke dengan memainkan lut dan bernyanyi. Lalu ia bekerja untuk Raja Louis XII dari Perancis di Milan dan untuk Paus Leo X di Roma
Sementara itu ia membantu Raphael dan Michaelangeo dalam merancang katedral Santo Petrus.Dalam hidupnya Leonardo sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Ia mulai mempelajari burung terbang dan mulai merancang mesin terbang. Pemikirannya itu terdapat dalam buku catatanya sebanyak 7.000 halaman. Didalam buku itu juga terdapat sketsa tentang studi tubuh manusia. Pada zaman itu, anatomi tubuh manusia tak lebih dari sekadar kira-kira karena siapapun dilarang keras membedah jenazah. Dengan kenekatannya mencuri-curi kesempatan membedah-bedah tubuh orang mati, di kemudian hari tindakan yang tak lazim di zamannya ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi dunia kedokteran.
Mahakaryanya, Jamuan Terakhir(The Last Supper) pada tahun 1495 sampai tahun 1497 yang dilukis pada dinding biara Santa Maria di Milan, kini telah rusak akibat dimakan waktu. Lukisan terkenal lainnya adalah Mona Lisa yang kini terdapat di musium Louvre Paris. Sebuah spekulasi yang beredar tentang siapa sesungguhnya Mona Lisa antara lain menyatakan bahwa citra perempuan tersebut merupakan hasil rekaan wajah Da Vinci sendiri. Spekulasi yang lain menyatakan bahwa perempuan tersebut memang pernah ada, seorang istri pedagang.
Leonardo da Vinci wafat di Clos Lucé, Perancis pada tanggal 2 Mei 1519, dan dimakamkan di Kapel St. Hubert di kastel Amboise, Perancis.
Setelah wafatnya, sangat kuat ditengarai bahwa beliau pernah memegang peranan sebagai orang terkuat di sebuah organisasi rahasia bernama Priory of Sion yang berlaskarkan Knights Templar. Apakah organisasi rahasia ini? Banyak fakta mengarahkan pada suatu dugaan bahwa Priory of Sion merupakan sebuah organisasi yang menjaga ketat-ketat rahasia sejarah kristiani menurut versi yang berbeda dari kitab Injil yang beredar di masyarakat. Yang dirahasiakan adalah mengenai siapa mesias yang sesungguhnya dan kemungkinan Yesus tidak menjalankan hukum selibat. Dalam versi yang sempat menimbulkan kontroversi ini diyakini bahwa Mesias yang sesungguhnya adalah Santo Yohanes Pembaptis, hal tersebut tersirat dari kekerapan Da Vinci melukis Sang Santo dalam posisi telunjuk menuding ke atas sebagai simbolisasi 'Putra Allah'. Versi yang tak kalah mengagetkannya adalah kemungkinan Maria Magdalena si bekas perempuan sundal diperistri oleh Yesus. Namun semua hal tersebut tidak terbukti kebenarannya, hingga saat ini, sehingga tudingan ini hanya dianggap sebagai langkah untuk memojokkan posisi umat Kristiani. Selengkapnya...

Prahara di Negeri Semut

Prahara di Negeri Semut

Di negeri ini, agama kian tercekik
demi sejuta uang penuai konflik
bagaimana tidak ketenangan jadi terusik
kalau yang jadi raja adalah musik

Di negeri semut yang lebih hebat,
agama lebih populer dari musik.

Di negeri ini budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada
tapi tahu dan tak mau tahu adanya
hendak ditanya, sang raja malah tak berdaya
malah, budi pekerti jadi perisai pura-pura

Di negeri semut yang lebih hebat,
budi pekerti diacungi jempol gajah.

Di negeri ini ajang selingkuh antek birokrat
karena sepeser uang peluh rakyat
sepupu, kemenakan jadi pejabat cacat
lulus atau tidak yang penting nyogok yang kuat

Di negeri semut yang lebih hebat,
birokrat seperti itu habis dibabat.

Di negeri ini korup dan sogok jadi ajang carut-marut
pemerintahan sehari dua hari menanti maut
bukan main yang kuat menindas tanpa takut
jadi pejabat pun harus pakai segalah susuk

Di negeri semut yang paling hebat,
korup dan sogok tak dipupuk.

Di negeri ini dana bantuan dijadikan tabungan
sejuta, semiliar kecil harganya di angan-angan
kami di sini nunggu bunganya aja kelimpangan
bagaiman tidak yang kaya jadi pilihan

Di negeri semut yang lebih hebat,
dana bantuan jadi banjiran.

Di negeri ini janji hanya dalam mulut
nunggu ditepati, kehidupan malah surut
wajar aja para demonstran kerjanya menuntut
di depan gedung putih yang tak lagi berumput

Di negeri semut yang lebih hebat,
janji tak tinggal membusuk.

Di negeri ini tukang sapu ingin punya mobil
mati besok wariskan derita tuk si Unyil
siapa suruh kantong tipis penghasilan dekil
anak istri makannya aja masih dicicil

Di negeri semut yang lebih hebat,
tukang sapu mikirnya cuma sop kikil.

Mari...
mari kita ikut karnaval negeri semut
Negeri penuh kejujuran
agama jadi satu-satunya pegangan
budi pekerti diacungi sejuta jempolan
birokrat tak kenal ajang selingkuhan
dana bantuan datangnya kelebihan
korup dan sogok dianggap negeri asingan
janji di mulut dijadikan amalan
tukang sapu gajinya kebanjiran

Prahara negeri semut
menunggu para perindu kebaikan

Solus populi suprema lex
Solus populi suprema lex, dan
Solus populi suprema lex.

Kapan, kapan...dan kapan ya?
Kita memasuki era prahara negeri semut.

By; As- Shafy
Kamis, 9 Nov 2006
di poskan kembali
Senin, 4 Mei 2009



Selengkapnya...